Kelola Sampah Plastik, Gunungkidul akan Bangun TPA di Pesisir
Pemerintah Gunungkidul mengaku seperti mendapat angin segar untuk memperbaiki pengelolaan sampahnya yang selama ini dinilai kurang maksimal, pasca kebijakan kantong plastik berbayar untuk industri retail.
“Kami akan tindaklanjuti untuk menguatkan rencana pembangunan tempat pengelolaan sampah khususnya plastik, di wilayah pesisir yang selama ini belum ada,” kata Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Irawan Jatmiko.
Irawan menuturkan dengan luas wilayah hampir separo dari luas wilayah DIY, pengelolaan sampah akhir di Gunungkidul hanya ditopang satu titik Tempat Pembuangan Akhir yang berada di Baleharjo Wukirsari Wonosari Gunungkidul.
“Padahal konsentrasi sampah terbesar saat liburan di pesisir selatan, karena semua wisatawan ke sana,” kata Irawan.
Keberadaan satu TPA di sisi utara itu membuat kinerja pengelolaan sampah tak efektif dan lebih boros operasional. Saat liburan volume sampah di Gunungkidul bisa mencapai 200 ton per harinya. Peningkatan sampah di kawasan pantai sendiri bisa mencapai tiga kali lipat atau sekitar 25-30 meter kubik. “Sampah plastik makanan kemasan paling dominan,” ujar Irawan.
Pembangunan TPA baru di pesisir selatan pun saat ini memiliki dua calon lokasi. Yakni di Kecamatan Tepus di sisi timur atau Saptosari sisi barat kabupaten. Pembangunan TPA di pesisir belum diusulkan ke APBD. “Karena kami juga siapkan peraturan bupati untuk tindaklanjut kantong plastik berbayar ini agar efektif di daerah,” ujarnya.
Irawan menyebut, saat ini telah ada 15 kelompok masyarakat yang berfokus pada pengelolaan sampah khususnya plastik. Namun belum efektif jika harus mengelola seluruh potensi sampah plastik.
Ketua Komunitas Jejaring Sampah Mandiri Gunungkidul Suwanto menuturkan untuk menggerakkan masyarakat untuk mengelola sampah harus dimulai dari hal paling dasar seperti sumber penghasilan mereka.
Oleh sebab itu, komunitas itu saat ini getol menggelar aksi bersih sampah di kawasan pantai dengan menggandeng kelompok sadar wisata dan pemerintah.
“Kesadaran mengelola sampah di kawasan wisata karena wisata yang jadi sumber penghasilan masyarakat, kalau dibiarkan kotor wisatawan juga tak akan datang,” ujarnya.
sumber: nasional.tempo.co