Hebat! Mahasiswa Surabaya Buat Aplikasi Laporan Pencemaran Sungai
“Kami ingin masyarakat mengerti bahwa membuang sampah ke sungai merupakan bentuk perusakan lingkungan. Masyarakat yang dirugikan dapat melapor melalui website ini,” kata Lisa Wijayanti, mahasiswi semester lima.
Mahasiswi asal Jombang, Jawa Timur ini, mengisahkan pengalamannya saat melihat sungai penuh sampah di Sidoarjo. Masyarakatnya, kerap membuang sampah ke sungai. Tidak hanya merusak pemandangan, sungai penuh sampah itu juga mengeluarkan bau tidak sedap. “Walau dikeruk dan dibersihkan, kalau masyarakatnya tetap buang sampah masalah tidak akan selesai.”
Website KaliResik merupakan sebuah gerakan sadar pentingnya air sungai di sekitar masyarakat. Air sungai merupakan faktor penting bagi kelestarian lingkungan dan sumber kehidupan makhluk hidup. Visinya, tercipta platform yang berfungsi membantu masyarakat memberikan informasi seputar sungai dan mengurangi pencemaran Kali Brantas.
Web ini memiliki lima fitur utama: Mulai Lapor, Creative Recycle, Biolitik, Pollution Map, dan Laporan Terbaru. Selain sebagai media pengaduan, Kaliresik juga sebagai sarana edukasi masyarakat mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah daur ulang.
“Masyarakat langsung mengisi form laporan pencemaran sungai di daerahnya. Selain itu, ada diskusi pengelolaan sampah plastik, penentuan indikasi pencemaran air sungai dengan metode biotilik, dan tempat mana saja yang merupakan kawasan sungai tercemar,” papar Lisa.
Teodore Adiputra menambahkan, kerusakan alam yang di Indonesia menjadi keprihatinan kita bersama untuk menjaga lingkungan. Kepedulian terhadap sungai merupakan contoh nyata. “Kalau tidak mulai yang kecil, bagaimana kita bisa merawat alam keseluruhan,” ujar mahasiswa asal Tegal, Jawa Tengah ini.
Senada, Kartika Damayanti mengungkapkan, situs Kaliresik diharapkan menjadi pilihan masyarakat yang tidak tahu kemana dan bagaimana cara melaporkan pencemaran sungai di lingkungannya. Kartika berharap masyarakat lebih proaktif menyuarakan kepedulian lingkungan di era teknologi canggih ini. “Sekarang eranya gadget, semua bisa mengoperasikan dan membuat dokumentasi pencemaran. Situs ini membantu masyarakat yang tidak semuanya tahu bagaimana mengadu ke Badan Lingkungan Hidup (BLH).”
Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi mengatakan, situs pengaduan pencemaran sungai ini merupakan jembatan informasi pemerintah dengan masyarakat. Selama ini akses informasi minim, sehingga masyarakat yang menjadi korban pencemaran kesulitan melapor. “Kaliresik ini sangat membantu. Selama ini, masyarakat binggung mau kemana melaporkan kasus pencemaran sungai.”
Mudah
Pengamatan sungai yang tercemar, menurut Lisa, dapat dilakukan masyarakat tanpa harus meneliti kadar air ke laboratorium. Melalui metode biotilik, hasil kerja sama dengan Ecoton, masyarakat dapat menyimpulkan apakah air sungai di tempat tinggalnya tercemar atau tidak.
Metode Biotilik memanfaatkan makro invertebrata yang ada di sungai, fungsinya untuk melihat tingkat pencemaran yang terjadi. Beberapa contoh biota yang menjadi indikator sungai tidak tercemar berat antara lain Prosopistoatidae, Polymitarcyidae,Heptagenidae – A, dan Heptagenidae – B, yang masuk golongan biru dengan kategori sensitif pencemaran.
Dengan biaya cukup murah, sekitar Rp200 ribu untuk biaya hosting dan domain, Kaliresik.org diharapkan menjadi sarana pelaporan sekaligus solusi persoalan lingkungan di Jawa Timur.
“Kami sudah kerja sama dengan BLH Provinsi Jawa Timur. Laporan yang masuk setelah kami dokumentasikan, diteruskan ke BLH untuk ditindaklanjuti. Hingga kini, sudah ada empat laporan dari masyarakat sejak situs ini diluncurkan Oktober 2015,” tandas Lisa.
sumber : www.mongabay.co.id