Deddy Mizwar Ajak Masyarakat Lestarikan Lingkungan
Wakil Gubernur Jawa Barat ingin ada sumber daya manusia (SDM) pengelolaan bencana yang tidak hanya mampu membantu masyarakat tetapi juga dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Menurutnya tanggap bencana dan sadar pelestarian lingkungan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebab tidak sedikit bencana alam terjadi karena seringnya manusia merusak lingkungan.
“Saya mengajak semua komponen masyarakat kesiap-siagaan dan memprioritaskan upaya Pengurangan Resiko Bencana dengan terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, mulai dari tahap prabencana, saat bencana, sampai pascabencana,” kata Deddy di hadapan peserta Pelatihan Manajemen Bencana Tingkat Dasar BAZNAS di Lembang, Selasa (11/10/2016).
Dia melanjutkan, melalui pelatihan ini para peserta harus bisa menjadi duta-duta untuk mengedukasi masyarakat bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan alam di sekitarnya.
Selain itu, melalui pelatihan ini Wagub berharap akan semakin meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta sebagai tambahan potensi sumberdaya kesiap-siagaan di Jawa Barat, sehingga Jawa Barat menjadi lebih tangguh dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana.
“Terkait dengan kesiap-siagaan, penyiapan data sumber daya dan ketersediaan peralatan yang akurat sangat dibutuhkan, agar setiap saat siap dikerahkan untuk memberikan respon cepat dan tepat terhadap bencana, terutama pada masa tanggap darurat atau 72 jam pertama,” ujar Wagub.
Di tempat yang sama, Ketua Baznas Jawa Barat Arif Ramdani mengatakan, bahwa pihaknya meskipun berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat, Baznas juga ingin memiliki kontribusi secara langsubg membantu masyarakat yang terkena bencana. Baznas Tanggap Bencana sendiri baru di-launching pada bulan Ramadhan 1437 H yang lalu.
Untuk itu, lebih lanjut Arif mengatakan dengan adanya pelatihan ini diharapkan akan terbentuk tim yang mampu membantu masyarakat yang terkena bencana, baik ketika bencana terjadi ataupun pascabencana.
“Jadi mudah-mudahan peserta pelatihan mampu mendistribusikan bantuan yang masuk untuk para korban bencana (manajemen distribusi bantuan) karena beberapa kejadian ada bantuan yang terlalu banyak bahkan ada yang ditolak,” kata Arif dalam sambutannya.
Melalui pelatihan ini diharapkan para anggota Baznas Tanggap Bencana juga memiliki fungsi keagamaan, bisa memberikan spirit, motivasi sosial, serta berfungsi untuk membentengi aqidah para korban bencana dari hal atau keyakinan yang menyimpang.
Arif pun meminta kepada Baznas Tanggap Bencana agar bisa hadir secepat mungkin di lokasi bencana. “Kalau bisa tidak lebih dari 10 menit kita bisa sudah hadir di lokasi. Karena baznas ini sudah hadir di setiap kabupaten/kota dan sudah ada juga UPZ-UPZ (Unit Pengumpul Zakat) di setiap desa,” harap Arif.
Sementara itu, menurut data BNPB, sepanjang 2016 ini banjir menempati urutan tertinggi kejadian bencana di Indonesia, yaitu mencapai 34,3%, tanah longsor 23,1%, puting beliung 27%, serta kebakaran hutan dan lahan sebesar 10%.
Provinsi Jawa Barat sendiri termasuk daerah merah atau memiliki jumlah kejadian tinggi, yaitu sebanyak 238 kejadian (meningkat dari tahun 2015 sebanyak 221 kejadian), dengan jumlah korban tercatat sebanyak 66 orang meninggal, 23 orang hilang, 68 orang terluka, 36.673 mengungsi, 76.474 terdampak, 1.668 rumah rusak berat, dan 2.264 rumah rusak ringan.
Sumber: inilahkoran.com