Aktivis Lingkungan Tolak Rencana Ekspansi PLTU Cirebon
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Break Free memprotes rencana ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon. Koalisi yang terdiri atas Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) itu pun melakukan aksi damai dengan menaiki crane pagi ini di pelabuhan batu bara PLTU Cirebon untuk menghentikan aktivitas bongkar-muat batu bara.
Kapasitas PLTU Cirebon rencananya akan ditambah. PLTU Cirebon merupakan salah satu PLTU yang termasuk proyek listrik 35 ribu megawatt. Namun, rencana ekspansi ini mendapat penolakan dari masyarakat setempat. Beberapa organisasi lingkungan pun menyoroti proyek tersebut karena lebih dari 60 persen sumber energi yang digunakan PLTU itu berasal dari batu bara. Sementara itu, sumber energi terbarukan hanya mendapat porsi 20 persen.
Para aktivis menilai, rencana ekspansi itu akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan sosial, khususnya kesehatan masyarakat. Menurut keterangan resmi Koalisi Break Free, Ahad, 15 Mei 2016, mereka mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan dalam mengurangi sekaligus menghentikan penggunaan batu bara.
Para aktivis dalam Koalisi Break Free juga membentangkan spanduk besar bertuliskan “Quit Coal” dalam aksi damai tersebut. Mereka menganggap, pemerintah perlu beralih dari batu bara demi kesehatan lingkungan dan keselamatan warga negara. Menurut data dari Greenpeace dengan Harvard University, polusi dari pembangkit listrik bertenaga batu bara menyebabkan 6.500 kematian dini per tahun akibat berbagai penyakit pernapasan.
Juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Arif Fiyanto, mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru akan mengakibatkan risiko kesehatan yang lebih tinggi. “Kematian terjadi lebih cepat dari waktunya akibat stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, serta penyakit jantung dan pernapasan lainnya. Dampak kesehatan ini utamanya mengancam anak-anak,” katanya.
Koordinator Jatam, Hendrik Siregar, mengatakan pembakaran batu bara di PLTU Cirebon akan sangat berdampak terhadap kondisi iklim, khususnya di Pulau Jawa yang listriknya banyak dipasok PLTU. PLTU Cirebon adalah salah satu potret buruk yang mengabaikan suara, hak, dan keselamatan rakyat.
“Tepat kalau PLTU Cirebon menjadi salah satu tempat untuk menagih janji pemerintah dalam mengedepankan keselamatan rakyat dan mengatasi masalah iklim yang kian kronis,” katanya.
Sumber: tempo.co