Air Sungai Banjarmasin Tercemar Berat

sumber foto: wikimedia.org
sumber foto: wikimedia.org

Badan Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin menyatakan air sungai yang membelah Kota Banjarmasin berkualitas buruk karena tingginya tingkat pencemaran. “Tingkat kualitas air berada di level minus 155 alias tercemar berat,” kata Kepala BLH Banjarmasin, Hamdi.

Penilaian ini hasil survei di 10 lokasi yang dilakukan lima kali dalam satu tahun. Kondisi ini tidak berubah sejak lima tahun lalu.

Penilaian merujuk pada dominasi dua parameter utama penyebab pencemaran air sungai, yaitu kandungan bakteri E.coli dan koliform. Jika kedua parameter itu dihapus, Hamdi meyakini kualitas air sungai Banjarmasin berada di level minus 11 hingga minus 31 alias tercemar sedang.

Menurut Hamdi, banyak pemicu sungai tercemar. Gaya hidup warga Banjarmasin adalah pemicu utamanya, seperti aktivitas mandi-cuci-kakus (MCK) masih di pinggiran sungai. Selain itu, septic tank warga mayoritas terbuat dari kayu sehingga mencemari air tanah dan ekosistem sungai.

Untuk mereduksi pencemaran, ia mengusulkan pengembang perumahan membuat septic tank komunal, mengubah kebiasaan buruk MCK, dan mendorong warga ikut layanan pengolahan limbah yang digarap pemerintah kota. “Kalau air sungai tercemar, dibutuhkan biaya besar mengolah menjadi air bersih,” kata Hamdi.

Direktur Utama PDAM Bandarmasin, Muslih membenarkan pendapat Hamdi. Menurut dia, parameter air yang layak diolah seperti derajat keasaman (pH) tak lebih 6,8; tingkat keruh di bawah 5 ppm; dan warna air di bawah 15 mtu. Kalau ditemukan bahan baku air dengan kualitas di bawah itu, “butuh biaya besar mengolahnya karena ada proses menghilangkan logam berat.”

Kendati butuh biaya tambahan mengolah air baku, Muslih belum berencana menaikkan tarif pelanggan. Kata Muslih, pasokan air semakin seret ketika musim kemarau. Selain buruknya kualitas air sungai Banjarmasin, tingkat intrusi air sungai juga tinggi hingga level 5.000 ppm. “Saat kemarau, produksi air baku hanya 4.500 meter kubik per jam, turun dari 5.000 meter kubik per jam.”

Sumber: tempo.co