Hingga saat ini, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara penghasil energi nabati terbesar di dunia.
āDengan potensi yang kita miliki, saya yakin Indonesia bisa menjadi negara penghasil energi nabati terbesar di dunia asalkan pemerintah konsisten dalam pengembangannya,ā kataĀ Vice President Research and DevelopmentĀ Pertamina, Eko Wahyu Laksono belum lama ini di Jakarta.
Eko menjelaskan, ada beberapa sumber daya energi nabati yang memiliki potensi besar, sepertiĀ Hydrotreated BiodieselĀ (HBD) dan Alga atau lumut.
āPotensi untuk memproduksiĀ HBDĀ masih terbuka lebar karena lahan yang masih bisa ditanami sangat luas. Lahan kering yang bisa dimanfaatkan sebagai penghasil bahan bakuĀ HBDmencapai 15 juta hektare tiap tahunnya,ā ungkapnya.
Kemudian untuk Alga, tambahnya, bahwa tumbuhan tersebut bisa tumbuh sepanjang musim di Indonesia dan potensi lahan kering juga besar.
āProduksinya bisa memenuhi pasokan BBM 2,5 juta barrel per hari. Jika serius, negeri ini bisa bebas dari kebutuhan energi fosil,ā tuturnya.
Sehubungan dengan jumlah produksi Alga, dia memaparkan bahwa bahan bakar yang diperoleh dari tumbuhan tersebut dapat melampaui sejumlah tanaman penghasil bahan bakar nabati lainnya.
Sebagai perbandingan, dari kedelai bisa dihasilkan 450 liter/hektare/tahun, Camelina 560 liter/hektare/tahun, bunga matahari 955 liter/hektare/tahun, Jatropha 1.890 liter/hektare/tahun, minyak sawit 5.940 liter/hektare/tahun.
āBahan bakar nabati dari Alga lebih tinggi lagi, bisa mencapai 50.800 liter per hektare setiap satu tahun,ā ujarnya.
Eko menilai, bahwa energi memegang peran strategis pada sektor ekonomi, pemenuhan devisa, politik, dan ketahanan nasional, sehingga Pertamina juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan cadangan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sumber daya masa depan.
āSelain mengembangkan, nanti Pertamina juga akan memproduksi dan menjual produk energi baru dan terbarukan,ā pungkasnya.
sumber : energitoday.com