kerusakan biota laut, indonesi, sigining blue,

WWF-Indonesia: Kerusakan Laut di Indonesia Masih Bisa Diselamatkan

Melalui “Signing Blue”, WWF-Indonesia menggandeng para pelaku industri pariwisata untuk menyelamatkan keselamatan bahari Indonesia

Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata ā€œNegeri Bahariā€ ? Apakah terbesit tentang kehidupan dasar laut yang dihiasi oleh kemolekan ragam biota nan penuh warna? Atau Anda sedang membayangkan pertunjukan cantik dari segerombolan ikan yang menari bebas menembus celah antar terumbu karang? Bila imajinasi itu singgah dalam pikiran Anda, mungkin Anda harus bersiap kecewa menghadapi kenyataan yang ada.

Kabar tak sedap kembali hadir dari WWF Indonesia. Dalam peluncuran bukuĀ Living Blue Planet ReportĀ pada Rabu (16/9) diĀ Le MeridienĀ Hotel, Jakarta, organisasi koservasi nasional ini melaporkan bahwa keadaan laut di Indonesia tengah mengalami kerusakan yang cukup kritis. Hal tersebut ditegaskan oleh Suseno, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga dari Kementerian Kemaritiman dan Perikanan (KKP), ia menyebutkan ulah tangan manusia dalam menyalahgunakan teknologi merupakan faktor utama kerusakan laut. ā€œKecepatan teknologi dalam mengambil ikan tidak seimbang dengan perkembangbiakannya. Bila secara terus-menerus tidak diberi jeda untuk berkembang biak, maka habislah ikan-ikan di laut.ā€ tukasnya.

Berdasarkan hasil penelitian Zoological Society of London (ZSL), selama 1970 hingga 2012 setengah dari populasi laut kian mengalami penurunan. Sedangkan di tahun 2014, KKP mencatat kerugian yang dialami oleh negara akibat illegal fishing sebesar Rp 101 triliun yang terdiri dari 25% total potensi perikanan Indonesia 1, juta ton per tahun.

Tidak hanya itu, aktivitas industri pariwisata bahari yang melonjak dalam pembangunan infrastruktur, eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan wisata yang dilakukan secara tidak bertanggung jawab juga dituding sebagai faktor utama yang mengancam kelestarian laut karena telah merusak habitat mereka. Hal ini membuktikan bahwa ketidaksiplinan pihak-pihak terkait dalam menjaga harmoni keberlangsungan hidup sumber daya laut telah mengantar nasib negara maritim ini pada ujung tanduk. ā€œSistem penjaringan ikan yang ngawur membuat banyak isi laut juga terangkat hingga akhirnya di permukaan hanya menjadi bangkai dan sia-sia. Sedangkan, salah satu di antaranya adalah terumbu karang, tempat di mana ikan tumbuh dan berkembang biak.ā€ ujar Erfansjah, CEO WWF Indonesia.

MelaluiĀ Living Blue Planet Report,Ā WWF kembali mengajak seluruh pihak terkait untuk menerapkanĀ sustainable principle.Ā ā€œSebelum benar-benar terlambat, mari kita memperbaiki kondisi yang masih bisa untuk diselamatkan.Ā  Seluruh aktivitas industri tersebut harus diimbangi dengan konservasi yang berpedoman pada index dalam laporan ini.ā€ tambah Erfansjah.

Signing BlueĀ merupakan aksi yang dicanangkan oleh WWF untuk mengajak para pelaku industri pariwisata menciptakan bisnis pariwisata yang berkelanjutan. Mengawali langkah ini WWF telah menggandeng tiga organisasi besar di industri pariwisata, yakni PATA (Pasific Asia Travel Association), Triptus, dan Wallacea untuk mempraktikan bisnis pariwisata yang bertanggung jawab. Poernomo Siswoprasetijo selaku CEO PATA mengungkapkan bahwa pengembangan wisata bahari sebagai sektor tereksotis di Indonesia harus dalam kondisi yang sehat sehingga dapat terus dilanjutkan untuk mendukung pencapaian target 20 juta wisatawan di tahun 2019 mendatang. ā€œKami bersedia menandatanganiĀ Signing BlueĀ dan komit untuk bersama-sama melakukan konservasi bersama rekan-rekan WWF. Juga mengelola berbagai daerah yang memiliki potensi industri wisata bagi masyarakat lokal.ā€ Tukasnya.

Kementerian Kemaritiman dan Perikanan menyambut baik inisiatif ini dengan turut bersinergi bersama WWF di lapangan dalam mengawasi serta melaksanakan konservasi untuk mewujudkan pariwisata yang berfokus pada kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan. ā€œInisiatif ini sesuai dengan Nawa Cita yang menjadi pedoman kita hingga 2025. Sudah saatnya masyarakat Indonesia merubahĀ mindsetĀ bahwa negara ini tidak sekadar negara bahari, melainkan negara maritim yang dapat bersaing dalam bidang ekonomi dengan menonjolkan kekayaan baharinya.ā€ Tandas Suseno.

sumber : www.nationalgeographic.co.id

Rate this post