Bila tren deforestasi tidak segera dihentikan, dunia patut waspada dan siap untuk kehilangan 80% wilayah hijaunya. Lebih dari 170 juta hektar hutan akan menghilang secara pesat hingga 2030 mendatang.
Indonesia masuk dalam daftar 11 wilayah yang terkonsentrasi deforestation fronts. Seperti yang sudah diketahui, eksploitasi yang tak kunjung henti sebabkan Sumatera harus kehilangan separuh hutannya yang sudah beralih fungsi untuk kepentingan industri. Begitu juga dengan Borneo dan Papua yang hanya akan menyisakan seperempat wilayah hijaunya 15 tahun mendatang.
WWF melaporkan bahwa pengrusakan hutan ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang tak ada hentinya mengeksploitasi, tetapi juga perkebunan dalam skala kecil yang dikelola oleh petani-petani daerah yang sangat sulit untuk dipantau perihal perizinannya. “Justru yang menjadi perhatian besar saat ini adalah para petani kecil yang mengelola kebunnya sendiri. Coba kalikan jumlah petani dengan luas kebun yang mereka miliki, totalnya pasti sangat signifikan, bahkan bisa melebihi wilayah idustri.” jelas Budi Wardhana selaku Direktur Kebijakan dan Transformasi WWF Indonesia dalam Living Forest Report (28/4).
Minimnya edukasi tentang penyelamatan hutan di Indonesia menjadi salah satu hal yang mempercepat degradasi hutan. Tidak hanya itu, ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan hukum dan moratorium atau pemberian izin pengolahan hutan juga menjadi sebuah tanda tanya besar. Lalu, bagaimana dengan nasib beragam hayati dan ekosistem yang menggantungkan kehidupannya di dalam sana?
Rodney Taylor selaku Direktur Program Hutan WWF Internasional memaparkan hasil diskusi tentang solusi yang bisa dijalankan untuk menekan laju deforestasi, “Mempertimbangkan dari segala sektor baik kebutuhan, bisnis, masyarakat, dan alam, Indonesia bisa fokus untuk mengembangkan infrastruktur forest friendly atau ramah lingkungan. Sumber daya manusia perlu ditingkatkan untuk menciptakan sumber ekonomi hijau yang inovatif. Cerdas dan bijak dalam memanfaatkan lingkungan, kemudian mengembalikan fungsi hutan yang semestinya.” jelasnya.
sumber : nationalgeographic.co.id