Ketika kuliah S1, bangunan tempat kuliah sungguh mengagumkan pada waktu itu. Dengan disain bersudut-sudut serta banyaknya segi-segi yang ada-jika dilihat dari atas berbentuk segitiga- maka jika berada di tengah-tengah akan terasa banyak angin berhembus. Kalau tidak paham atau familiar saat memasuki bangunan kampus, biasanya akan tersesat 🙂, karena bentuknya itu tidak seperti bangunan konvensional lain. Saat itu, bangunan yang didanai oleh yayasan pembangunan dari Jepang, memang didisain tanpa menggunakan AC. Ya, memang pada awalnya masih banyak rerimbunan pohon atau hutan karet sekitar gedung perkuliahan serta masih jarang bangunan baru, sehingga hawanya cukup sejuk. Sayangnya, mungkin karena pesatnya pembangunan sekitar kompleks kampus dan semakin berkurangnya lahan hijau maka penggunaan AC di ruangan-ruangan kelas maupun administrasi akademik jadi jawaban singkat demi kenyamanan.
Padahal, di negeri nun jauh sana, Afrika atau tepatnya Zimbabwe terdapat bangunan bertingkat yang sama sekali tidak menggunakan AC dalam pendinginan ruangan. Mengapa bisa? inilah bentuk jawaban dari kearifan alam jika manusia mau belajar dari lingkungan sekitar.
Bangunan yang disebut sebagai EastGate Shopping Center ini terletak di kota Harare. Sang arsitek, Mike Pearce terilhami
oleh struktur yang dibuat oleh rayap di Afrika. Ya, Rayap di afrika ternyata merupakan makhluk yang sangat luar biasa. Bangunan struktur yang dibuat oleh Rayap di tengah panas teriknya lingkungan tempat tinggal yang mencapai sekitar 45 C, ternyata tidak terjadi dalam bangunan rayap. Melalui struktur bangunan rayap yang tampak sederhana dari luar tapi ternyata canggih, mampu mempertahankan suhu di dalamnya antara 31-32 C baik siang atau malam. Sedangkan lingkungan luar dari bangunan rayap, memiliki suhu yang sangat ekstrim, dimana siang hari mencapai 45 C dan pada malam hari sekitar 3 C.
Rayap, melalui ilham yang diperoleh dari sang Maha Pencipta, telah membuat salah satu bangunan alam terbaik di dunia . Di dalam bangunan tersebut, rayap membuat berbagai macam saluran dan tunnel secara sistematis sehingga udara dan gas maupun kelembaban di dalam dapat terjaga. Berkat saluran dan tunnel yang khusus dibangun, udara dan gas terus menerus bergerak, sehingga terjadi proses pendinginan saat siang hari dan juga proses pemanasan di malam hari. Dari model bangunan rayap itulah, EastGate Center dibangun dimana didalamnya terdapat berbagai tunnel dan dilengkapi dengan fan-fan besar untuk mengalirkan udara baik untuk pendinginan atau pemanasan di ruangan. Solusi ini ternyata telah menghemat sekitar 3.5 juta USD dalam biaya pengadaan maupun pemeliharaan AC untuk 5 tahun pertama pengoperasian gedung, serta hanya menggunakan 10% energy yang dihasilkan gedung konvesional sejenis dengan besaran yang sama.
Inilah yang disebut sebagai Biomimetic atau Biomimicry, suatu cabang ilmu pengetahuan yang mencoba mencari solusi terhadap permasalahan atau problema suatu perancangan melalui pendekatan inovasi secara alami, dengan melihat perilaku makhluk hidup baik itu hewan atau binatang. Alam telah menyediakan begitu banyak untuk manusia, hanya saja belum banyak atau sedikit yang mau meluangkan waktu untuk melihat bagaimana ciptaan Allah dengan petunjuk dariNya mampu memberikan solusi bagi masalah manusia.
Seandainya negeri ini, anggaplah Jakarta yang sering mengalami banjir tiap tahun, mengapa tidak menggunakan solusi Biomimetik dalam aplikasinya? . Ambil contoh sederhana, bukankah kita tahu bahwa rumput atau rerimbunan hijauan mampu menyerap air daripada aspal / semen?. Jika semua jalan di Jakarta, diganti dengan model conbloc terbuka berisi rumput2 diatasnya, sudah berapa juta meter kubik air yang diserap sehingga air hujan tidak langsung turun dalam bentuk limpasan (run off) ke sungai yang biasanya menyebabkan luapan air sungai karena memang daya tampungnya terbatas. Hanya butuh beberapa trilyun untuk mengganti seluruh aspal ruas jalan dengan conbloc rongga berumput atau grassblockdibandingkan membangun Big Tunnel raksasa atau membuat kanal banjir besar yang mungkin akan menghabiskan biaya puluhan atau ratusan trilyun.
Tengku Shahindra
Sumber : ilmusdm.wordpress.com