Rotasi kerja memang tidak bisa dielakkan. Bagaimanapun kita selalu mencari cara agar efek kelelahan yang timbul tidak menjadi lebih parah. Sebab bekerja di industri migas, risiko kecelakaan kerja menjadi lebih besar jika kinerja pekerja tidak diperhatikan.
Sejauh ini, ada cara proaktif yang dapat diterapkan untuk masalah kelelahan dalam rotasi kerja, yaitu metode isyarat cahaya.. Metode isyarat cahaya dapat diterapkan terutama untuk kelompok kerja malam. Secara ilmiah, ada keterkaitan reaksi tubuh manusia terhadap cahaya yang diterima.
Cahaya merupakan sinyal utama tubuh untuk aktif atau istirahat. Sebagaimana siang dengan paparan cahaya yang cukup, tubuh merespon cahaya dengan memaksimalkan tingkat kemampuan untuk bekerja. Kemudian pada malam hari ketika berkurangnya paparan cahaya, tubuh mengisyaratkan untuk berhenti berhenti bekerja dan meminta untuk istirahat .
Istilahnya adalah cahaya biru, jenis cahaya inilah yang harus dikelola secermat mungkin. Cahaya terang tersebut mengisyaratkan tubuh untuk bekerja optimal. Maka dari itu, agar tubuh bekerja optimal di malam hari perlu diupayakan cahaya biru buatan untuk kelompok pekerja malam .
Waktu paparan cahaya tersebut menentukan ritme pekerja. Ketika pekerja bangun untuk bekerja di malam hari, cahaya biru tersebut harus segera diberikan sebagai penanda siang untuk tubuh. Saat waktu bekerja selesai, paparan cahaya tersebut harus dijauhi dalam satu hingga dua jam sebelum waktu tidur.
Dalam penelitian, cahaya biru harus dihalangi selama tidur yang dijadwalkan. Untuk itu para kelompok pekerja malam saat tidur di siang hari harus menggunakan kacamata khusus, yaitu the blue-blocking glasses.
Cara lainnya adalah melatih sleep-hygiene. Pelatihan ini dimaksudkan agar kelompok kerja bisa dengan efektif menggunakan strategi pengelolaan cahaya. Melalui latihan ini, diharapkan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan kelompok pekerja dalam menanggulangi rotasi kerja.
Sumber :
https://www.spe.org