Memasuki Musim Hujan, BNPB Siapkan Antisipasi Bencana

Memasuki musim penghujan pada bulan Oktober ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan langkah-langkah khusus untuk mengantisipasi ancaman bencana. Kepala BNPB, Willem Rampangilei memprediksikan ada tiga ancaman bencana yang akan dihadapi oleh masyarakat pada musim penghujan. Tiga ancaman bencana tersebut adalah banjir, puting beliung dan tanah longsor. Meski demikian, “Kita telah siapkan semua itu,” ujar Willem saat dihubungi Greeners via telepon, Sabtu (10/10).

Menurut Willem, ada empat langkah antisipasi yang dilakukan oleh BNPB untuk mengantisipasi ancaman bencana. Keempat langkah tersebut adalah adalah early warning, peringatan kepada masyarakat, koordinasi dengan pemerintah daerah dan mempersiapkan alat-alat evakuasi bencana.

Dari semua langkah antisipasi di atas, Willem menyatakan bahwa early warning atau peringatan dini merupakan langkah terpenting untuk mengantisipasi potensi bencana. Willem menyebut tingginya tingkat degradasi lingkungan di banyak daerah menjadi faktor yang membuat potensi bencana meningkat secara signifikan. Hal ini membuat sistem peringatan dini sangat mutlak dibutuhkan.

Early warning paling penting karena drainase dan tata ruang kota yang buruk membuat potensi bencana jadi tinggi,” jelasnya.

Mengenai daerah yang memiliki potensi bencana banjir, Willem menyebutkan ada tiga daerah yang memiliki potensi bencana di Pulau Jawa, yaitu pantura, daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo yang mengaliri Wonogiri sampai Gresik, dan Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, Aceh, Roka Hilir (Riau) dan Luwuk yang berada di Sulawesi Selatan juga merupakan daerah dengan potensi bencana banjir.

Untuk bencana puting beliung, Willem mengatakan bahwa daerah yang berada di lintang yang tinggi sebagai daerah yang paling berpotensi terserang bencana alam tersebut. Namun, lanjutnya, saat ini bukan tidak mungkin puting beliung merambah ke daerah yang berada di selatan equator.”Beberapa tahun lalu, DKI pernah mengalami puting beliung kan?” sebut Willem.

Sementara itu, Ketua Forum Relawan Bencana Alam Jakarta (FRBAJ), Heru Supriyatno, menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk pusat komando lapangan (PUSKOMDAL) di seluruh wilayah Jakarta. Pembentukan PUSKOMDAL ini sebagai antisipasi bencana banjir di Jakarta. Ia juga menyatakan sedang mengkaji pembentukan tim dan posko yang nantinya akan di sebar ke seluruh wilayah Jakarta. “Mungkin nanti di bulan November,” pungkasnya.

Terkait prediksi musim hujan tahun ini, Kepala Bidang Informasi Iklim dan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Evi Lutfiati menyatakan bahwa musim hujan akan memasuki sebagian besar daerah di Indonesia pada bulan November mendatang.

Hujan yang terjadi di beberapa daerah beberapa hari lalu, menurutnya, belum dapat dikatakan sebagai indikasi masuknya musim hujan. “Kalau peralihan iya, tapi musim hujan belum,” jelas Evi.

Evi mengatakan bahwa curah hujan pada bulan Oktober masih di bawah angka rata-rata curah hujan minimal. Menurutnya, suatu daerah dapat dikatakan telah memasuki musim hujan jika rata-rata curah hujannya mencapai 55 mm per sepuluh hari.

Meski demikian, Evi mengakui beberapa daerah di Indonesia telah memasuki musim hujan, khususnya daerah yang berada di daerah Utara equator. Bahkan, daerah seperti Aceh dan Sumatera Utara telah memasuki musim hujan sejak bulan Agustus. Beberapa daerah seperti Jawa Barat bagian Selatan, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan disebutnya akan memasuki musim hujan pada pertengahan Oktober. “Daerah lain paling banyak di bulan November,” imbuhnya

sumber : www.greners.co

Rate this post