Krisis Air, Jawa “Kehabisan Air” di Tahun 2040

Artikel

Dampak dari pencemaran air, diperkirakan dunia akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Krisis air terjadi saat kebutuhan sumber air lebih tinggi dibandingkan tingkat ketersediannya. Dengan pertumbuhan populasi dan perubahan iklim menambahkan tekanan pada pasokan air yang terbatas. Di negara berkembang seperti Indonesia, limbah industri dibuang ke perairan tanpa adanya perawatan sehingga terjadi pencemaran dan mengancam akses air minum, ketahanan pangan, dan kesehatan secara keseluruhan.

Dalam laporan Water Environment Partneship in Aisia (WEPA), Indonesia memiliki 6% potensi air dunia. Namun, prediksi yang dilakukan oleh kajian resmi pemerintah mengatakan pada tahun 2040 Jawa akan kehilangan hampir seluruh sumber air bersih.

Apa penyebabnya?

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan beberapa pemicu krisis air yang terjadi mulai dari perubahan iklim, pertambahan penduduk, hingga alih fungsi lahan.

Sebelumnya, air selalu dianggap sebagai sumber daya terbarukan karena Indonesia memiliki musim hujan setiap tahunnya. Namun, beberapa tahun terakhir curah hujan di Jawa cenderung menurun. Kenaikan suhu, evaporasi, atau penguapan air yang tinggu menyebabkan difisit air. Belum lagi faktor antropogenik yang semakin memperparah krisis air yang terjadi. Industri ataupun rumah tangga mengambil air secara besar-besaran bahkan melakukan alih fungsi lahan dan menyebabkan pencemaran air.

Berdasarkan data dari Pusat Litbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR, saat ini, satu orang di Jawa bisa mendapatkan 1.169 m3 air per tahun. Ketersedian tersebut akan terus menurun hingga mencapai 476 m3 per tahun pada tahun 2040. Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai kelangkaan total. Ancaman krisis air tersebut hanya terjadi di Jawa, sedangkan, ketersedian di pulau lain tidak mengalami tekanan.

Bagaimana Solusinya?

Potensi krisis air terjadi akibat dari masyarakat yang tidak bijak untuk menggunakan sumber air dan distribusi air yang tidak merata. Sebagian penduduk Jawa mengambil air tanah lewat sumur bor. Selain merusak air tanah, hal tersebut menyebabkan ketersedian air semakin sedikit karena pengambilan yang tidak terkendali. Untuk itu, pemerintah membangun sistem penyediaan air minum dan pembangunan bendungan di sejumlah wilayah Jawa. Kemungkinan krisis yang terjadi di Jawa ini juga yang mendorong wacana pemindahan ibu kota, demi mengurangi beban di Pulau Jawa.

Peneliti LIPI menyebutkan krisis air tak akan usai dengan pembangunan penampungan air semata. Teknologi massal penjernih air dapat menjadi solusi yang lebih baik. Jika prediksi perubahan iklim benar terjadi, penampungan air akan tetap kering, pemanfaatan air laut, air sungai, bahkan air sisa pertambahan akan lebih baik.

 

Synergy solusi member of Proxsis Group sebagai penyedia solusi di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Lingkungan dan Energi menyediakan training-training untuk pengolahan air, penjernihan air, pemanfaatan air, dan lain-lain.

 

Sumber:

www.tataandhoward.com

www.bcc.com

5/5 - (1 vote)