badak cula satu, alain compost

Kisah Alain Compost Berburu Badak

Sempat menjadi penjaga kebun binatang di Prancis, Alain Compost memilih blusukan ke hutan-hutan di Indonesia dari tahun 1980-an hingga detik ini sambil menenteng kamera. 

Setelah 30 tahun memotret — separuhnya ia dedikasikan untuk videography –membuatnya semakin menunduk layaknya ilmu padi: tetap ramah, humoris serta tidak sungkan berbagi ilmu dan pengalaman. Berikut kisahnya.

Cigenter 1986. Perahu kayu menyisir di sungai yang tidak terlampau dalam, menusuk ke bagian hulu di kawasan Banten saat ini. Duduk di dalam perahu, pria bule dengan kamera Nikon FM 2 dan warga lokal yang memandunya. Ia tengah berburu Badak Jawa Cula Satu yang sudah terkenal hingga ke Prancis, kelahiran Alain Compost, pria dalam perahu tersebut.

“Di muka sungai Cigenter, Ujung Kulon, saya lihat itu pohon-pohon lagi goyang, orang pikir itu monyet. Terus saya lihat, kalau monyet kok tidak kelihatan. Terus tiba-tiba badak keluar,” kata Alain saat berbagi pengalaman dalam sebuah acara kampanye pelestarian Badak di Jakarta.

Ia memotret beberapa jepret hingga menghasilkan foto badak langsung dari habitatnya untuk pertama kali, bukan di area konservasi atau di kebun binatang. 

Lebih beruntung lagi, angin berhembus dari arah badak sehingga binatang nyaris punah tersebut tidak mencium kehadiran Alain Compost. Dia pun bebas memotret untuk waktu agak lama, sekitar 30 menit. 

“Waktu itu nasibnya sangat baik dan kerja keras sebelumnya. Saya kira wajar dapat yang bagus. Kalau ada orang datang langsung dapat Badak ya mungkin tidak fair,” ucapnya terkekeh.

Perburuan Alain sore itu bukan yang pertama. Ia perlu bertahun-tahun menguntit Badak di kawasan Ujungkulon. Sekali berburu, Alain bisa menghabiskan dua hingga tiga pekan di dalam hutan. 

Berbagai cara ia lakukan untuk menyamar jejak supaya badak tidak mencium bau badan manusia dan lari ke dalam hutan. Salah satunya, kata Alain, yakni dengan mengoleskan daun yang dikencingi badak ke sekujur tubuh. Kalau itu tidak dilakukan, badak bisa lari dan tidak muncul di tempat serupa berbulan-bulan.

“Bekas kencingnya kita oleskan ke badan. Tidak boleh ganti baju seminggu untuk mengurangi bau badak mencium kita. Tapi gatal-gatal itu, hahaha…” cerita Alain sambil bergaya jenaka. 

Sontak, foto badak yang dijepret Alain Compost menjadi terkenal. Beberapa penerbitan bergengsi dalam dan luar negeri menggunakan foto Alain sebagai foto utama. Yakni berupa badak sedang mandi di sungai dengan cahaya sore yang masih terang. 

Mimik badak terasa sangat alami di tengah sungai Cigenter yang berair jernih dan tertutup rimbun pohon di kiri dan kanan. Gesture Badak lebih innocence dan pemalu, berbeda jauh dari karakter hewan ganas seperti yang diceritakan dari mulut ke mulut. 

“Badak itu pemalu, mencium bau manusia langsung lari,” kata Alain.

Melihat dari dekat kehidupan Badak merupakan mimpi yang menjadi kenyataan bagi Alain. Sebelumnya, dia hanya melihat Badak di kebun binatang di Prancis saat ia masih menjadi Zoo Keeper, itupun berupa Badak India. 

Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Indonesia setelah melihat badak di kebun binatang yang ia jaga berebut makanan. Satu diantaranya mati karena berkelahi saat berebut makanan tersebut. 

“Teman-teman bilang, kalau melihat badak pergi saja ke Afrika. Tapi saya bilang, saya ingin ke Indonesia, badak cula satu,” tukasnya. 

Tiba di Indonesia, Alain Compost bergabung dengan penggiat LSM yang berkutat pada pelestarian alam. Itu dilakukan sembari menyalurkan obsesinya bertemu Badak Jawa alias Rhinoceros Sondaicus, dan memotret.

Tidak dinyana, obsesi itu bikin ketagihan. Sehingga setelah bertemu dengan Badak Jawa di Cigenter 1986, dia terus menjelajah hutan-hutan tropis di Indonesia sampai ke negara lain seperti Vietnam dan Thailand sebagai wildlife photographer. Foto dan video yang ia hasilkan banyak digunakan untuk kampanye kelestarian satwa ataupun dipublikasi dalam bentuk jurnal dan buku ilmiah. 

“Saat fotografer kamera pakai film seluloid, menjadi masalah penyimpanan dan pengunaanya. Bikin film bagus-bagus, dikasih buku, fotonya terbalik, selalu ada bekas tangan atau kotor. Itu menjadi trauma buat saya,” papar Alain berbagi pengalaman tentang penggunaan foto-fotonya. 

Setelah 30 tahun menjelajah hampir seluruh hutan di Indonesia, Alain Compost belum berencana pensiun. Dia ingin mempunyai kesempatan membuat videography Badak Jawa menggunakan kamera Full HD dengan teknik digital terkini.

Kalau pun harus ‘gantung kamera’, Alain sudah menyiapkan masa tuanya dengan beternak kambing dan membuat keju di kampung halaman. “Saya sudah beli kambing, mau jadi petani saja, bikin keju kalau pensiun,” pungkas Alain renyah.

sumber : www.detik.com

Rate this post