Indonesia Targetkan 35% Energi Terbarukan 2034: Fokus pada Surya, Hidro, dan Panas Bumi

Indonesia Targetkan 35% Energi Terbarukan 2034: Fokus pada Surya, Hidro, dan Panas Bumi

Pemerintah Indonesia semakin serius dalam mencapai target transisi energi bersih. Terbaru, pemerintah menargetkan 35% porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2034, dengan mengandalkan tiga sumber utama: tenaga surya, hidro, dan panas bumi. 

Langkah ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Indonesia untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan ketahanan energi, dan mempercepat dekarbonisasi sektor kelistrikan.

Energi Terbarukan

Target 35% ini bukan sekadar ambisi statistik, tapi menjadi penanda arah baru dalam kebijakan energi nasional. Indonesia ingin mengurangi ketergantungan pada energi fosil, terutama batu bara dan gas, yang selama ini mendominasi bauran energi. Dengan memaksimalkan potensi energi surya, air, dan panas bumi, pemerintah berupaya menciptakan sistem energi yang lebih ramah lingkungan, stabil dalam jangka panjang, serta menarik bagi investor hijau.

Baca juga : Revisi Target Energi Terbarukan Indonesia 2025: Dampak dan Peluang Industri 

Rincian Target 35% Energi Terbarukan

Target bauran energi 35% akan dicapai melalui pengembangan kapasitas pembangkitan dari tiga sumber utama energi terbarukan:

  • Tenaga Surya: Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), baik skala rumah tangga (rooftop) maupun utilitas besar.
  • Tenaga Hidro: Pemanfaatan potensi sungai di wilayah seperti Sumatera dan Kalimantan melalui PLTA dan mini hidro.
  • Panas Bumi (Geothermal): Pemanfaatan cadangan lebih dari 23,7 GW yang belum tergarap secara optimal.

Tantangan dan Peluang Implementasi

Mencapai target ini bukan perkara mudah. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:

Tantangan:

  • Infrastruktur kelistrikan yang belum merata.
  • Rendahnya minat investasi di sektor EBT.
  • Proses perizinan yang masih kompleks dan memakan waktu.

Peluang:

  • Pendanaan proyek hijau dari lembaga internasional semakin terbuka.
  • Teknologi energi surya semakin murah dan efisien.
  • Pemerintah mulai menyederhanakan regulasi sektor energi terbarukan.

Baca juga : Membangun Bisnis Berkelanjutan dengan Energi Terbarukan, Ini 8 Contoh Peluang Bisnisnya

Arah Kebijakan dan Dukungan Regulasi

Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menyusun berbagai kebijakan pendukung demi mempercepat transisi energi, antara lain:

  • Penerapan feed-in tariff untuk menjamin harga beli listrik EBT.
  • Skema pemanfaatan surplus listrik dari PLTS atap.
  • Roadmap PLTS atap nasional sebagai panduan pembangunan jangka panjang.
  • Pemberian insentif fiskal bagi proyek PLTA dan panas bumi.

Peran Dunia Industri dan Masyarakat

Peran serta sektor industri dan masyarakat sangat penting untuk mendukung pencapaian target energi terbarukan:

  • Industri bisa mengadopsi PLTS atap untuk operasionalnya.
  • Pemerintah daerah dapat mendorong proyek energi berbasis komunitas.
  • Masyarakat umum bisa terlibat dalam penghematan energi dan edukasi pemanfaatan EBT.

Energi Surya

Dari ketiga sumber EBT, energi surya menjadi andalan utama karena potensinya yang besar dan aplikasinya yang fleksibel. Indonesia memiliki potensi tenaga surya hingga 207,8 GW, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan.

Keunggulan PLTS:

  • Semakin terjangkau.
  • Mudah dipasang.
  • Cocok untuk rumah tangga hingga industri.

Oleh karena itu, pemerintah menargetkan pertumbuhan signifikan PLTS dalam satu dekade ke depan.

Baca juga : Mengapa Energi Surya adalah Kunci Masa Depan Energi: Peluang Investasi dan Implementasi untuk Perusahaan

Rekomendasi Pelatihan: Konversi Energi Surya untuk Profesional

Untuk menyukseskan target bauran energi terbarukan, kesiapan sumber daya manusia menjadi faktor kunci. Salah satu bentuk dukungan yang dibutuhkan adalah pelatihan teknis dan praktis terkait konversi energi surya.

Pelatihan Konversi Energi untuk Sinar Surya dari Environment Indonesia akan membekali peserta dengan:

  • Prinsip dasar energi surya.
  • Instalasi dan desain sistem PLTS.
  • Manajemen proyek dan pemeliharaan sistem tenaga surya.
  • Studi kasus penerapan PLTS industri dan perumahan.

Pelatihan ini sangat relevan bagi praktisi energi, teknisi lapangan, manajer fasilitas, dan siapa pun yang ingin berkontribusi dalam sektor EBT.

Kesimpulan

Target bauran energi terbarukan sebesar 35% pada tahun 2034 menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjalankan transisi energi bersih. Dengan fokus pada tenaga surya, hidro, dan panas bumi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin transisi energi di kawasan Asia Tenggara. Namun keberhasilan target ini sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Aksi nyata dan peningkatan kapasitas menjadi kunci keberhasilan bersama.

FAQ (Frequently Asked Questions)

  1. Apa arti target 35% energi terbarukan?
    Artinya, pada tahun 2034, sebesar 35% dari total kapasitas pembangkit listrik Indonesia harus berasal dari sumber energi terbarukan seperti surya, hidro, dan panas bumi.
  2. Mengapa tenaga surya menjadi prioritas dalam bauran energi?
    Karena tenaga surya memiliki potensi besar, biayanya semakin terjangkau, dan bisa diterapkan di berbagai lokasi dengan cepat.
  3. Apa tantangan utama dalam mencapai target ini?
    Beberapa tantangan utama meliputi kurangnya infrastruktur, investasi yang terbatas, serta proses perizinan yang masih kompleks.
  4. Siapa saja yang bisa berkontribusi terhadap pencapaian target ini?
    Pemerintah, pelaku industri, masyarakat umum, serta profesional di bidang energi terbarukan.
  5. Bagaimana cara saya terlibat dalam proyek energi surya?
    Anda bisa mengikuti pelatihan teknis seperti pelatihan konversi energi surya, atau mulai dengan memasang PLTS atap di rumah atau tempat usaha.

 

Rate this post