Organisasi pemerhati lingkungan hidup, Green Peace mengkritik kebijakan pembangunan PLTU di Batang yang tengah digenjot pemerintah. Sebab, bahan baku batubara yang digunakan sebagai penggerak PLTU akan habis, jika terus menerus digunakan.
“Kalau pemanfaatan batu baranya seperti seekarang ini, maka tiga puluh tahun lagi akan habis dan kita akan jadi importir batu Bara seperti halnya yang terjadi pada minyak,” kata Arif Fiyanto, Team Leader Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia saat mengunjungi warga Roban Timur, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (12/5/2015).
Belum lagi, kajian Arif, PLTU bertenaga batu bara, diprediksi akan mengeluarkan 10,8 juta ton karbon per tahun, atau lebih dari seluruh emisi karbon yang dihasilkan oleh Myanmar pada 2009, serta menghasilkan lebih dari 200 kg merkuri setiap tahunnya.
“Emisi ini akan memperburuk perubahan iklim dengan dampak yang buruk serta polusi lokal yang mengancam kesehatan warga dan lingkungan setempat,” terang dia.
Arif menilai, seharusnya pemerintah sadar jika kebijakannya membangun PLTU dengan bahan baku batu bara, membuat Indonesia sulit mencapai kedaulatan energi.
Menurut dia, pemerintah harusnya bisa melakukan pemberdayaan energi terbarukan untuk pengembangan pembangkit listrik di Indonesia. Sebab, menurut dia, Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, seperti panas bumi (Geotermal).
“Sudah saatnya Presiden Joko Widodo memimpin revolusi energi dengan memilih sumber energi yang lebih baik aman dan lebih hijau berkelanjutan, bukan memilih batu bara sebagai kontributor terbesar perubahan iklim,” ujar Arif.
Sumber : Metrotvnews.com