Indonesia masih sangat melimpah dengan energi alternatif pengganti energi fosil. Energi nuklir betapa pun pentingnya, tapi belum perlu dikembangkan saat ini. Indonesia masih punya energi matahari, angin, air, dan lain-lain yang mudah dikembangkan. Tinggal kemauan pemerintah saja untuk mengembangkannya.
Demikian dikemukakan pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy saat menjadi narasumber dalam acara Workshop Kebijakan Ekonomi dan Sektor Strategis Nasional di DPR, Senin (13/4). Noorsy mengungkapkan, banyak kepentingan asing yang berperan di balik kampanye pengembangan energi nuklir.
“Kita masih memiliki sumber daya energi primer di negeri ini dan masih belum didayagunakan. Kita juga belum mengoptimalkan keunggulan energi lokal. Kalau itu yang kita kembangkan, kita tidak akan memilih nuklir. Saya bukan tidak setuju dengan nuklir, tetapi nanti ada saatnya, bukan sekarang,” tandas Noorsy dalam pertemuan yang dihadiri para anggota DPR RI itu.
Negara-negara di dunia, lanjut Noorsy, juga tidak langsung mengembangkan energi nuklir. Cina, misalnya, tidak sepenuhnya memainkan nuklir. Jepang pun sejak kasus gempa yang menimbulkan tsunami, reaktor nuklirnya di Fukushima sempat terancam hancur dan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan dan mengancam kehidupan manusia. Kasus Fukusima jadi pelajaran menarik bagi pemenrintah Jepang dalam mengembangkan energi nuklir.
Sebagai energi alternatif pengganti fosil, cadangan energi nuklir berada di strata bawah di negeri ini. Cadangan energi tertinggi adalah tenaga air, disusul panas bumi, mikro hidro, biomass, tenaga surya, tenaga angin, dan terakhir uranium sebagai bahan baku nuklir. Pandangan Noorsy ini menggugah perhatian peserta workshop.
Selain Noorsy, hadir pula sebagai narasumber, Hendri Saparini Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics yang menyorot soal ketenagakerjaan. Sedangkan Arif Satria Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB yang juga manjadi narasumber, berbicara seputar kebijakan maritim di Tanah Air. Acara workshop ini merupakan yang terakhir dari rangkaian acara yang digelar empat kali dalam sebulan terakhir. Acara rangkaian workshop ini kemudian ditutup oleh Sekjen DPR RI Winantuningtyastiti.
sumber : www.dpr.go.id