Aktivis Lingkungan Desak Pemerintah Mengadakan Hujan Buatan di Jambi

Kalangan aktivis lingkungan di Jambi mendesak pemerintah mengadakan hujan buatan di Jambi menyusul masih terus terbakarnya hutan dan lahan gambut di daerah itu, serta kian tebalnya asap.

Demikian dikatakan aktivis lingkungan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi, Rudi Syaf kepada SP, di Jambi, Jumat (4/9).

Menurut Rudy, pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui udara dengan menggunakan bom air (water bombing) selama tiga hari terakhir, tidak mampu memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Jambi. Hal tersebut disebabkan luasnya areal kebakaran hutan dan lahan.

Tanpa hujan buatan, menurut Rudy, bencana asap serta kebakaran hutan dan lahan di daerah itu tidak bisa ditanggulangi karena daerah itu masih terus dilanda kemarau. “Berdasarkan pengamatan kami selama ini, hanya hujan yang bisa memadamkan kebakaran hutan dan lahan gambut,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi Arief Munandar mengatakan, dua unit helikopter bantuan BNPB belum mampu memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Jambi. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui udara menggunakan bom air dengan menggunakan helikopter tersebut belum efektif.

“Satu helikopter tersebut belum bisa dioperasikan karena belum mendapatkan izin terbang dari Departemen Perhubungan. Sedangkan satu lagi helikopter tersebut tidak bisa beroperasi memadamkan kebakaran hutan dan lahan Kamis (3/9) karena asap tebal. Asap tebal membatasi jarak pandang di Jambi hanya sekitar 500 meter Kamis pagi hingga sore, membuat helikopter tersebut tidak diperbolehkan terbang,” katanya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Irmansyah Rahman mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi tahun ini sangat luas dan berlangsung lama. Hal itu terbukti dari jumlah hot spot (titik api) di daerah itu. Selama Juni – September ini, jumlah hot spot di daerah itu mencapai 1.143 titik.

Berdasarkan jumlah hot spot tersebut, Provinsi Jambi menduduki urutan ketiga dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di Sumatera. Sedangkan urutan pertama dalam kebakaran hutan dan lahan di Sumatera, yaitu Riau dengan jumlah hot spot sekitar 1.624 titik dan urutan kedua Sumatera Selatan dengan jumlah hot spot sekitar 1.315 titik.

Luas kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi, lanjut Irmansyah, mencapai puluhan ribu hektare. Kebakaran hutan dan lahan tersebut tersebar di kawasan hutan produksi, hutan dan lahan gambut, areal perkebunan kelapa sawit, serta areal hutan tanaman industri (HTI).

Sumber : beritasatu.com

Rate this post